Wanita dibuat dari tulang rusuk pria, Dia tidak diciptakan dari
kepala ke atas dia, Bukan dari kakinya untuk melangkah pada, Dia terbuat dari
sisinya untuk menjadi dekat dengannya, Dari bawah lengannya untuk dilindungi
olehnya , dekat hatinya untuk dicintai olehnya. Al-Kisah wanita
itu mempunyai sikap yang tepat dan bijak harus diberikan seorang pria mengingat
wanita itu terbuat dari tulang rusuk yang bengkok, yang ketika ada kesalahan
padanya, pria harus berhati-hati meluruskannya. Terlalu keras akan mematahkannya,
dibiarkan juga salah karena akan tetap pada kebengkokannya. Meski demikian, tidak sedikit pria
harus membiarkan wanita kecewa demi meluruskan kesalahan itu, toh setiap pria
yang melakukan itu pun sangat yakin bahwa kekecewaan itu hanya sesaat kerena
selanjutnya akan berbuah manis.
Wanita itu ibarat bunga, yang jika kasar dalam memperlakukannya
akan merusak keindahannya, menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu
tak berseri. Ia ibarat selembar sutra yang mudah robek oleh terpaan badai,
terombang-ambing oleh hempasan angin dan basah kuyup meski oleh setitik air.
Oleh karenanya, jangan biarkan hatinya robek terluka karena ucapan yang
menyakitkan karena hatinya begitu lembut, jangan pula membiarkannya sendirian
menantang hidup karena sesungguhnya ia hadir dari kesendirian dengan menawarkan
setangkup ketenangan dan ketentraman. Sebaiknya tidak sekali-kali membuatnya
menangis oleh sikap yang mengecewakan, karena biasanya tangis itu tetap
membekas di hati meski airnya tak lagi membasahi kelopak matanya.
Wanita itu mutiara. Orang perlu menyelam jauh ke dasarnya untuk
mendapatkan kecantikan sesungguhnya. Karenanya, melihat dengan tanpa membuka
tabir hatinya niscaya hanya semu sesaat yang seringkali mampu mengelabui mata.
Orang perlu berjuang menyusur ombak, menahan arus dan menantang semua bahayanya
untuk bisa meraihnya. Dan tentu untuk itu, orang harus memiliki bekal yang
cukup sehingga layak dan pantas mendapatkan mutiara indah itu.
Wanita itu separuh dari jiwa yang hilang. Maka orang harus
mencarinya dengan seksama, memilihnya dengan teliti, melihat dengan hati-hati
sebelum menjadikannya pasangan jiwa. Karena jika salah, ia tidak akan menjadi
sepasang jiwa yang bisa menghasilkan bunga-bunga cinta, melainkan noktah merah
menyemai pertikaian. Ia tak akan bisa menyamakan langkah, selalu bertolak
pandang sehingga tak memberikan kenyamanan dan keserasian. Ia tak mungkin
menjadi satu hati meski seluruh daya dikerahkan untuk melakukannya. Dan yang
jelas ia tak bisa menjadi cermin diri disaat lengah atau larut.
Wanita memiliki kekuatan luar biasa yang tak pernah dipunyai
lawan jenisnya dengan lebih baik. Yakni kekuatan cinta, empati dan kesetiaan.
Dengan cintanya ia menguatkan langkah orang-orang yang bersamanya, empatinya
membangkitkan mereka yang jatuh dan kesetiaannya tak lekang oleh waktu, tak
lebur oleh perubahan.
Dan wanita adalah sumber kehidupan. Yang mempertaruhkan hidupnya
untuk sebuah kehidupan baru, yang dari dadanya dialirkan air susu yang
menghidupkan. Sehingga semua pengorbanannya itu layak menempatkannya pada
kemuliaan surga, juga keagungan penghormatan. Tidak berlebihan pula jika
Rasulullah menjadikan seorang wanita (Fathimah) sebagai orang pertama yang
kelak mendampinginya di surga.
Untung saya bukan penyanyi ngetop yang menjadikan wanita dan
cintanya sebatas syair lagu demi meraup keuntungan. Sehingga yang tampak dimata
hanyalah wanita sebatas bunga-bunga penghias yang bisa dicampakkan ketika tak
lagi menyenangkan. Kebetulan saya juga bukan bintang sinetron yang kerap
diagung-agungkan wanita. Karena kalau saya jadi mereka, tentu ‘kebanggaan’ saya
dikelilingi wanita cantik bisa berbeda makna dengan kebanggaan saya sebagai
seorang yang bukan siapa-siapa.
Bagusnya juga wanita-wanita yang mendekati dan mengelilingi saya
bukanlah mereka yang rela diperlakukan tidak seperti bunga, bukan selayaknya
mutiara dan tak selembut sutra. Bukan wanita yang mencampakkan dirinya sendiri
dalam kubangan kehinaan berselimut kemewahan dan tuntutan zaman. Tidak seperti
wanita yang rela diinjak-injak kehormatannya, tak menghiraukan jerit hatinya
sendiri, atau bahkan pertentangan bathinnya. Juga bukan wanita yang membunuh
nuraninya sendiri sehingga tak menjadikan mereka wanita yang pantas mendapatkan
penghormatan, bahkan oleh buah hatinya sendiri.
Dan sudah pasti,
selain tak ada wanita-wanita macam itu yang akan mendekati lelaki bukan
siapa-siapa seperti saya ini, saya pun tentu tidak akan betah berlama-lama
dekat dengan mereka, apalagi bangga. Semoga bermanfaat to" sahabat hati yang berkenan meliat & membacanya, selamat beraktifitas selalu bersyukur, sabar, husnudzon, istiqomah dalam menebar kebaikan, Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar